Pada saat umur 35, Imam Sibawaihi terlibat perdebatan dengan Imam Kasai. Hal tersebut terjadi di hadapan Yahya bin Khalid (perdana menteri Khalifah Harun Ar-Rasyid dinasti Abbasyiah). Perdebatan tersebut membahas tentang Zumburiyah.
Imam Kasai berkata : Engkau bertanya padaku atau aku yang bertanya padamu ?
Imam Sibawaihi : Tanyai aku !
Imam Kasai : Bagaimana pendapatmu tentang perkataan.
1.
قد كنتُ أظنُّ أنّ العقربَ أشدُّ لسعةً من الزُنبُورِ فإذا هو هي
atau
قد كنتُ أظنُّ أنّ العقربَ أشدُّ لسعةً من الزُنبُورِ فإذا هو إيّاها
(Aku menyangka bahwa Kalajengking sengatannya lebih gesit daripada Tawon, demikianlah adanya)
2.
خرجت فإذا عبد الله القائمُ
atau
خرجت فإذا عبد الله القائمَ
(Aku keluar tiba-tiba Abdullah berdiri)
Apakah perkataan tersebut benar keduanya atau hanya salah satu saja ???
Setelah diam beberapa saat Imam sibawaihi menjawab : Satu-satunya bacaan yang benar dari kalimat tersebut adalah Rafa', saya tidak pernah mendengar perkataan orang arab yang membaca dengan Nashab.
Setelah Imam Sibawaihi berhenti, secara langsung Imam Kisai membantah apa yang disampaikan oleh Imam Sibawaihi itu. Beliau lebih memilih bahwa kedua bacaan (yaitu bacaan rafa' dan nasab) adalah benar dan juga dipakai oleh orang Arab dalam keseharian mereka.
Berbagai keterangan pembelaan terhadap pendapatnya masing-masing terus bergulir hingga membuat Yahya bin Khalid bingung dan akhirnya mengusulkan adanya voting dan penelitian secara langsung mengenai masalah tersebut kepada orang-orang Arab sendiri, dengan pertimbangan bahwa bahasa itu adalah bahasa mereka dan sudah semestinya mereka lebih tahu dengan bahasa mereka sendiri.
Usulan itu pun disepakati oleh kedua belah pihak. Panitia yang ditugaskan untuk menelitipun mulai bertugas menanyai setiap orang Arab yang ada di sana, mengenai bacaan mana yang mereka gunakan dari kedua lafazh yang diperdebatkan tadi.
Setelah penelitian selesai dan hasilnya diumumkan dihadapan ratusan penonton, akhirnya keberuntungan berpihak kepada Imam Kisai. Mayoritas orang Arab yang ada di sana mengatakan bolehnya dua wajah yaitu bacaan Nashab dan Rafa' untuk kalimat tersebut.
----------------
Tak pelak jawaban itu membuat Imam Sibawaihi terkejut dan merasa heran sekaligus tersudutkan. Karena penelitian yang beliau dapatkan selama ini berkesimpulan bahwa Rafa'lah satu-satunya bacaan yang betul terhadap kalimat di atas. Tapi tak ada gunanya lagi, keputusan hakim telah tetap yaitu memenangkan pendapat Imam Kasai dan menganggap salah pendapat Imam Sibawaihi.
Peristiwa itu membuat hati Imam Sibawaihi sempat terpukul, kenapa hasil penelitian tersebut bisa berbeda dengan kenyataan yang beliau dapati pada saat perdebatan berlangsung ? Ternyata, setelah beberapa hari berselang, diketahuilah suatu kebohongan publik yang direkayasa oleh blok Kufah. Kebetulan pada saat itu Imam Kisai yang notabenenya adalah imam orang-orang Kufah di bidang Nahwu adalah juga merupakan orang dalamnya Khalifah Harun al-Rasyid yang tengah berkuasa pada saat itu.
Sementara itu seluruh warga Arab yang berkumpul di arena perdebatan pada saat itu tahu dengan hal tersebut dan tidak berani berbeda pendapat dengan orang dekat khalifah (Imam Kisa'i), sehingga mereka mau saja menyetujui apa yang disampaikan olehnya walaupun sebenarnya mereka membenarkan pendapat Imam Sibawaih yang mengatakan Rafa'lah satu-satunya bacaan yang betul terhadap kalimat tersebut.
(Tarikh Baghdad, karya Al-Khathib al-Baghdadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar